Sabtu, 16 Mei 2015

Filum Anelida

Filum Anelida



A.      Pengertian dan Sistem Fisiologis Phylum Annelida
           Annelida yang sering disebut Annulata  adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa.Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi oto . Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
           Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya.
           Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris).
 
 
B.       Ciri-ciri tubuh dan habitat phylum Annelida
     Cacing yang termasuk phylum Annelida berbeda dengan cacing lainnya, karena dilihat dari Ciri-ciri tubuh phylum Annelida adalah sebagai berikut:
1.      Tubuhnya terbagi ke dalam satu deretan memanjang ruas-ruas serupa yang juga disebut metamer (metemere) atau somit (solimetes), yang kelihatan daru luar karena adanya sekat yang dinamakan septa atau sekat.
2.      Rongga tubuh antara saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan rongga tubuh yang sebenarnya. Dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut peritoneum.
3.      Pada bagian anterior terdapat ruas prae oral, yang disebut prostomium.
4.      Sistem  saraf terdiri atas sepasang syaraf sehingga disebut system saraf tangga tali.
5.      Tubuh dilapisi oleh lapisan kutikula, tetapi bahannya bukan dari chitine. Permukaan tubuh ada yang dilengkapi dengan bulu-bulu kitin atau bulu kaku.
6.      Pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang disebut septum.
7.      Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri
 
.
C.      Klasifikasi Phylum Annellida beserta Contoh Spesiesnya
           Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Kelas Chaetopoda, Kelas Archiannelida dan Kelas Hirudinea.
1.      Kelas Chaetopoda (cacing berambut banyak)
           Kelas Chaetopoda, merupakan cacing annelid yang hidup dilaut, air tawar dan di darat, dengan ruas-ruas tubuh yang kelihatan nyata, mempunyai skat-sekta antara, bulu kaku dan sebuah rongga tubuh.
a.       Ordo Polycheta
                 Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus.
                        Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin.
                        Contoh spesies Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Kebanyakan Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan setae. Sedangkan yang bergerak bebas contoh spesiesnya adalah Nereis virens (cacing pasir), Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo).


KLasifikasi
Kigdom    : Animalia
Phylum     : Chaetopoda
Ordo         : Polycheta
Familia     : Nereidae
Genus       : Nereis
Spesies     : Nereis vireis
                                                       (Romimohtarto, 2007:163)
                             Cacing ini terkenal sebagai cacing pendiam. Sistem digesti dimulai dari faring ke esophagus, dan terus ke usus (ventrikulo-intestinum). Ke dalam esophagus itu bermuara dua kantong kelenjar usus berkonstriksi secara teratur.
                             Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui kulit, terutama di parapodia. Darahnya mengandung pigmen merah (hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-pembuluh kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal dorsal. Darah dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke anterior, sedangkan darah dalam pembuluh-pembuluh longitudinal ventral mengalir ke posterior.
                             Sistem ekskresi dalam tiap segmen, kecuali yang terakhirvdan yang pertama, terdapat sepasang nefridium untuk membersihkan segmen disebelah anterior dari segmen tempat nefridium terdapat.
Sistem saraf terdapat ganglion serebral atau ganglion suprasofageas, dapat juga disebut otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion suprasofegeal itu dihubugnkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang saraf ventral. Dalam tiap metamer (segmen), batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang  saraf ventral bercabang-cabang lateral.
                             Sistem reproduksi, dimana Nereis ini bersifat diesius. Testis atau ovarium terbentuk pada dinding selom, dan tersusun segmental (beberapa atau banyak segmen). Gamet tua keluar dengan paksa melalui dinding tubuh. Luka pada dinding akibat keluarnya gamet itu segera tertutup kembali. Fertilisasi terjadi di dalam air dan zigot tumbuh menjadi trokofor.
b.      Ordo Oligochaeta
                 Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.
                 Contoh  spesies  dair Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing tanah, yang cenderung memiliki sedikit setae yang bergerombol secara langsung dari tubuhnya. Cacing tanah memiliki kepala atau parapodia yang kurang berkembang. Pergerakannya dengan gerak terkoordinasi dari otot-otot tubuh dibantu dengan setae. Cacing tanah tinggal dalam tanah lembab, karena badan yang lemnan digunakan untuk pertukaran udara.  Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segementasi Nampak jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula.  Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak.

Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Phylum                 : Annelida
Classis                  : Chaetopoda
Ordo                     : Oligochaeta
Familia                 : Lumbricidae
Genus                   : Lumbricus
Species                 : Lumbricus terrestris
                                                     (Jasin, 1984: 123)
                 Sistem pencernaan berupa sebuah tabung lurus mulai dari mulut lalu faring yang kuat dan membengkak (segmen 2-6), esophagus (segemen 6-14), ingluvies (tembolok) yang berdinding tipis (segmen 14-17), lambung tebal (segmen 17-18), kemudian usus halus (segmen 19 sampai segemen terakhir) dan anus.
                 Sistem respirasi dan sirkulasi, dimana cacing tanah bernapas malaui kutikula yang menutupi seluruh tubuhnya. Pernapasan berlangsung hanya jika kutikula itu basah. Pembuluh-pwmbuluh kapiler dalam tubuh mengambil oksigen dan melepaskan CO2 . Sistem pembuluh darah terdiri dari 2 pembuluh longitudinal utama dan 3 pembuluh longitudinal lainnya yang lebih kecil. Darah mengalir ke depan dlaam pembuluh darah dorsal melalui pasang jantung yang berotot, masing-masing dalam segmen ke7-11, terus ke pembuluh darah ventral setelah itu darah mengalir ke dinding tubuh, lalu kembali lagi ke pembuluh dorsal melalui 3 pembuluh longotidinal yang kecil-kecil itu. Darah cacing tanah berwarna merah. Darah terdiri dari cairan plasma yang mengandung amoebosit, yaitu butiran-butiran yang tidak berwarna.
                 Sistem pembuangan (ekskresi) berupa tabung nephridia bergelung di setiap segmen dengan dua lubang; satu corong bersilia yang mengumpulkan cairan coelom, dan satu lainnya adalah lubang keluar tubuh. Antar dua lubang itu, tabung nephridia membuang zat sampah dari saluran peredaran darah.
                 Sistem saraf berupa sebuah rantai ganglion ventral, tipa segmen dengan rantai, mulai dari segmen ke-4. Di samping itu ada ganglion suprafangeal anterior yang juga disebut “otak” yang terletak dalam segmen ke-3. Korda saraf disekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion venreal pertama.
                 Sistem reproduksi cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi fertilisasi oleh dirinya sendirir (self-fertilizing). Di sini ada 2 pasang testis, masing-masing terletak dalam segemn yang dibungkus oleh vesikula seminalis yang berjumlah 3 pasang. Kopulasi berlangsung di malam hari. Selama kopulasi reseptakulum (kira-kira 3 jam), spermatozoa dari ekor cacing dipindahkan ke dalam  reseptakulum seminalis cacing lain. Bias any terjadi fertilisasi silang. Setelah kopulasi, dua ekor cacing berpisah. Kokom kemudian terbentuk pada masing-masing cacing kira-kira pada klitelium. Setelh kokon menerima telur dari spermatozoa, kemudian cacing menarik kembali kokon belakang dan lubang kokon tertutup. Kokon itu kemudian membungkus zigot-zigot yang terbentuk, dan masing-masing zigot tumbuh menjadi cacing kecil dalam kokon. Kokon yang berisi cacing-cacing kecil itu diletakkan dakan tanah yang lembab.
 
 
2.      Kelas Archiannelida
           Kelas Archiannelida merupakan Annelida laut yang kecil tidak mempunyai setae, tidak mempunyai parapoda. Ruas-ruas tubuhnya tak dapat dibedakan dari luar. Prostomiumnya mempunyai sepasang tentakel.  Lubang  mulutnya terletak dibagian bawah dari ruas pertama dan lubang anusnya di ruas terakhir. Sepasang celah berbulu getar masing-masing di sisi prostomium. Rongga tubuh terbagi-bagi menjadi ruang-ruang oleh sekat-sekat. Alat-alat dalam diulang-ulang keberadaannya sehingga hamper setiap tuas memiliki rongga tubuh, otot longitudinal, sepasang nefridia, sepasang gonad, satu bagian dari saluran pencernaan dan bagian dari benang saraf ventral.
           Anggota-anggota kelas ini hidup di laut, struktur tubuh masih sederhana. Bersifat diesius atau hermafrodit. Contoh spesiesnya adalah Polygordius sp. Dimana hewan ini hidup disepanjang pantai, bentuknya menyerupai larva poliketa yang primitive atau sebagai poliketa yang telah mengalami degenerasi. Bentuknya seperti benang dngan panajng 100 mm, dan penampang dengan  radius kira-kira 1 mm, dari luar somit (segmen) tidak nampak jelas. Prostomium dengan 2 buah tentakel perasa. Alat-alat tubuh dalam seperti pada polikata umumnya, tetapi lebih sederhana. Selom dibagi ke dalam kompartemen-kompartemen, tiap kompartemen dilengkapi dengan sepansang nefridia. Sistem saraf terletak dalam epidermis. Perkembangan-biakan Polygordius mencakup Larva berbentuk trokofor, somit-somit terbentuk di bagian posterior selama proses metemorfosis. Dewasanya tubuh melalui perpanjangan ujung anus. Perpanjangn menjadi beruas-ruas dan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan akhirnya menjadi hewan dewasa.
 
 
3.      Kelas Hirudinea
           Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.
           Contoh  spesies Hirudinea parasit adalah Hirudo medicinalis (lintah). Linta mencapai panjang 5-8 cm, pipih dorsoventral, dengan 26 metamer, tetpai dari luar nampak tiap metamer itu mempunyai 2-5 anulasi (cincin yang melingkari tubuh). Pada linta tidak ada setae dan parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah penghisap oral, dan pada sebelah posterior ada lagi sebuah kedua penghisap itu untuk menempel pada inang waktu mneghisap darah. Mulut mempunyai 3 buah ranah dari kitin yang tersusun dalam segitiga. Tiap rahang tertutup dengan sersi (gigi-gigi kecil seperti pada gergaji). Segemen 9-11 berfungsi sebagai klitelium. Pada Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin.

 
Klasifiksi:
Kingdom        : Animalia
Phylum           : Annelida
Classis            : Hirudinea
Ordo               : Holoturoidea
Familia           : Hirudoaceae
Genus             : Hirudo
Species           : Hirudo medicinalis
                                                           (Jasin, 1984: 131)
           Sistem pencernaan  linta dimulai dari mulut terus ke faring yang berotot (segmen 4-8) dan dikelilingi dengan kelenjar ludah. Kelenjar ini menghasilkan secret yang mengandung bahan anti-koagulasi (mencegah mengentalnya darah). Dari faring terus ke tembolok yang dilengkapi dengan 11 pasang kantung lateral memanjang sampai segmen ke-18. Kantung-kantung yang memanjang itu kemudian bersatu lagi menjadi lambung yang di sebelah dalamnya terdapat lipatan-lipatan spiral internal yang berguna untuk mencerna darah yang mengalir dari tembolok secara berangsur-angsur. Dari lambung saluran digesti melanjut ke usus, rectum, dan berakhir sebagai anus disebelah posterior.
           Sistem respirasi dan sirkulasi berlangsung melalui permukaan kulit. Darah yang mengandung hemoglobin mengalir dalam pembuluh-pembuluh longitudinal yang berotot di sebelah lateral tubuh. Di sebelah dorsal dari ventral tuubh juga ada sinus-sinus berdinding tipis yang secara tidak langsung menghubungkan pembuluh-pembuluh longitudinal berotot itu dengan ronga-rongga dalam selom.
           Sistem ekskresi dimana setiap segmen dari segemen ke 7-23 berisi nefridia yang berpasangan. Masing-masing nefridia mempunyai ekspnasi berupa vesikula yang berbentuk gelembung dan merupakan muara saluran ekskresi.
           Sistem saraf pada lintah sama seperti pada cacing tanah, tetapi pada linta ganglion-ganglion ventralnya lebih jelas, sedangkan ganglion serebral lebih kecil. Linta bermata 10 buah (5 pasang) dan terdapat pada 5 segmen pertama. Pada segmen-segmen selanjutnya terdapat organ-organ sensoris.
           Sistem reproduksi dan perkembangbiakan lintah itu hermaprodit dengan beberapa pasang tetstis dan satu pasang ovarium. Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma (spermatofor) yang telah mengental (aglutinasi) dimasukan ke dalam vagina lintah partenernya melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan pekembangan tejraid dalam kokon serti cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot dan tumbuh menjadi linta-linta kecil dalam kokon.
 
 
D.      Peranan dari phylum Annelida
Peranan Annelida dalam kehidupan :
a.    Cacing tanah dapat menyuburkan tanah, karena membantumenghancurkan tanah dan membantu aerasi tanah.
b.     Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan msayarakat di daerah tertentu dijadikan sebagai makanan
c.    Lintah menghasilkan zat hirudin atau zat antikoagulan atau zat anti pembekuan darah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar